Jangan membayangkan akan menemukan foto perempuan-perempuan berhijab syar’i, yah. Fotografi Syar’i hanyalah istilah saya saja. Sebenarnya ini adalah kegiatan mengambil gambar oleh sekelompok orang yang menjadi follower dari sebuah akun instagram, Upload Kompakan.
Ada sepi, di balik kaca bening yang berjarak 2 meter di belakang saya. Sepertinya habis diborong oleh pembeli, tebakku. Terakhir kali ke sini, beberapa bulan lalu, lemari etalase itu berisi aneka pilihan olahan coklat.
Ini kali kelima saya ke Masamba, ibukota Kabupaten Luwu Utara. Banyak yang mengenal kabupaten ini sebagai penghasil biji coklat atau kakao, sejak tahun 90an. Namun masih kurang yang tahu bahwa kini Masamba memiliki produk lokal yang bisa dinikmati oleh semua orang, berupa coklat bubuk, coklat batangan dan permen, yang merupakan olahan dari biji kakao. Bukankah coklat siap makan, lebih cocok dijadikan cemilan atau oleh-oleh daripada biji coklat?.
Sumpah! belum juga tiba di sana, saya sudah membayangkan akan bertemu siswi-siswi berjilbab dengan wajah lugu. Tapi saya tak menemui satu orangpun yang berjjilbab, kecuali guru-gurunya. Bukankah ini madrasah?
Harus melalui sebuah punggung tanggul penahan sisi muara sungai di Paotere, untuk berkunjung ke madrasah tersebut. Meski Sultan, teman relawan, menyatakan sudah melapor ke kepala madrasah, tapi saya berupaya menahan diri untuk tidak masuk, sebelum siswa-siswa Sekolah Alam Bosowa tiba di lokasi. Ssst, alasan lainnya adalah karena saya melihat Dede dari kejauhan,